Halaman

Rabu, 24 April 2013

,,,,,

Aslmlkm....
Izinkanlah saya sejanak utk sekedar menyampaikn apa yg perlu sy sampaikn.
Saya selaku manusia pastinya tak pernah luput dari kekhilafan,yg jauh drpd kekesempurnaan,sikap saya tak selalu lembut,bahkan etika saya kadang jauh dari kesopanan dn tatakrama yg diagung2kn. sikap dn tingkah bisa saja berubah tanpa bisa diellakkn,sehingga dgn mudahnya timbul rasa dendam dan benci yg berapi....
Memang saya sangat membencimu,bahkn menyimpan rasa dendam yg sangat mendalam,tp itu smua bknlah suatu sifat yg terpuji,melainkn yg mesti utk dijauhi....
Membenci dn menaruh dendam padamu hanya akn memperdalam sayatan luka dihati....
Seberapa pun aku membencimu,namun aku tak dapat mengelak kalau aku pernah mencintaimu....

Motivasi


"Jangan mengeluh tentang harimu. Setiap harimu mungkin tak baik, namun percayalah ada sesuatu yg baik di setiap harimu."
Subhanallah,Semangat :)

Senin, 28 Januari 2013

Mengenal irama Al-Qur'an dan kilasan sejarahnya

Kognisi dan psikomotorik umat Islam
terhadap nagham tidak selazim ilmu
tajwid. Kata nagham secara etimologi
paralel dengan kata ghina yang
bermakna lagu atau irama. Secara
terminologi nagham dimaknai sebagai
membaca Al Quran dengan irama (seni)
atau suara yang indah dan merdu atau
melagukan Al Quran secara baik dan
benar tanpa melanggar aturan-aturan
bacaan.
Keberadaan ilmu nagham, tidak sekedar
realisasi dari firman Allah dalam suroh Al
Muzzammil ayat 4,”Bacalah Al Quran itu
secara tartil”, akan tetapi merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari
eksistensi manusia sebagai makhluk
yang berbudaya yang memiliki cipta,
rasa, dan karsa. Rasa yang melahirkan
seni (termasuk nagham) merupakan
bagian integral kehidupan manusia yang
didorong oleh adanya daya kemauan
dalam dirinya. Kemauan rasa itu sendiri
timbul karena didorong oleh karsa
rohaniah dan pikiran manusia.
Nagham merupakan salah satu dari
sekian ekspresi seni yang menjadi
bagian integral hidup manusia. Bahkan
nagham ini telah tumbuh sejak lama.
Ibnu Manzur menyatakan bahwa ada
dua teori tentang asal mula munculnya
nagham Al Quran. Pertama, nagham Al
Quran berasal dari nyanyian nenek
moyang bangsa Arab. Kedua, nagham
terinspirasi dari nyanyian budak-budak
kafir yang menjadi tawanan perang.
Kedua teori tersebut menegaskan
bahwa lagu-lagu Al Quran berasal dari
khazanah tradisional Arab (tentu saja
berbau padang pasir). Dengan teori ini
pula ditegaskan bahwa lagu-lagu Al
Quran idealnya bernuansa irama Arab.
Sehingga apa yang pernah ditawarkan
Mukti Ali dalam sebuah kesempatan
pertemuan ilmiah tentang pribumisasi
lagu-lagu Al Quran (misalnya
menggunakan langgam es lilin dan
dandang gulo) tidak dapat diterima.
Pada Masa akhir ini sesuai dengan
perkembangan maka melalui teori
konvergensi asal bersesuaian dengan
nahga arab klasik.
Meski kedua teori tersebut hampir
benar adanya tapi tetap saja muncul
permasalahan. Jika memang benar
nagham Al Quran berasal dari seni Arab
lalu siapakah yang pertama kali
mengkonversikannya untuk lagu Al
Quran ? Sampai di sini ketidakjelasan.
Dan lagi, jika memang benar nagham Al
Quran berasal dari nyanyian tentu dapat
direpresentasikan dalam not balok atau
oktaf tangga nada. Tapi kenyataannya
tidaklah demikian, nagham Al Quran
sangat sulit ditransfer ke dalam notasi
angka atau nada. Dan karena sifat
eksklusifisme inilah kemudian yang
“memaksa” bahwa metode sima’i,
talaqqi, dan musyahafah merupakan
satu-satunya cara dalam
mentransmisikan lagu-lagu Al Quran
Pada zamannya, Rasulullah SAW adalah
seorang qari’ yang membaca Al Quran
dengan suara indah dan merdu.
Abdullah bin Mughaffal pernah
mengilustrsikan suara Rasulullah dengan
terperanjatnya unta yang ditunggangi
Nabi ketika Nabi melantunkan suroh Al
Fath. Para sahabat juga memiliki minta
yang besar terhadap ilmu nagham ini.
Sejarah mencatat sejumlah sahabat yang
berpredikat sebagai qari’, diantaranya
adalah : Abdullah Ibnu Mas’ud dan Abu
Musa Al Asy’ari. Pada periode tabi’in,
tercatat Umar bin Abdul Aziz dan Safir Al
Lusi sebagai qari’ kenamaan. Sedangkan
periode tabi’ tabi’in dikenal nama
Abdullah bin Ali bin Abdillah Al Baghdadi
dan Khalid bin Usman bin Abdurrahman.
Kendati di masa awal Islam sudah
tumbuh lagu-lagu Al Quran, namun
perkembangannya tak bisa dilacak
karena tak ada bukti yang dapat dikaji.
Hal ini dimungkinkan karena pada saat
itu belum ada alat perekam suara.
Transformasi seni baca Al Quran
berlangsung secara sederhana dan turun
temurun dari generasi ke generasi.
Sejarah juga tak mencatat
perkembangan pasca tabi’in. Apresiasi
terhadap seni Al Quran semakin
tenggelam seiring dengan semakin
maraknya umat Islam melakukan olah
akal (berfilsafat), olah batin (tasawwuf),
dan olah laku ibadah (berfiqh). Selain
itu, barangkali ini yang paling mendasar
bahwa dibutuhkan kemampuan khusus
untuk masuk dalam kualifikasi qari’,
terumata menyangkut modal suara.
Modal ini lebih merupakan hak
perogratif Allah untuk diberikan kepada
yang dikehendaki-Nya.
Pada abad ke-20, kedua model lagu
tersebut masuk ke Indonesia. Transmisi
lagu-lagu tersebut dilakukan oleh ulama-
ulama yang mengkaji ilmu-ilmu agama di
sana yang pulang ke tanah air untuk
mengembangkan ilmunya, termasuk seni
baca Al Quran. Lagu Makkawi sangat
digandrungi di awal perkembangannya di
Indonesia karena liriknya yang sangat
sederhana dan relatif datar. Lagu
Makkawi mewujud dalam barzanji.
Beberapa qari’ yang menjadi eksponen
aliran ini adalah : KH Arwani, KH
Sya’roni, KH Munawwir, KH Abdul Qadir,
KH Damanhuri, KH Saleh Ma’mun, KH
Muntaha, dan KH Azra’i Abdurrauf.
Memasuki paruh abad 20, seiring
dengan eksebisi qari’ Mesir ke
Indonesia, mulai marak berkembangan
lagu model Mishri. Pada tahun 60-an
pemerintah Mesir mensuplai sejumlah
maestro qari’ seperti Syeikh Abdul
Basith Abdus Somad, Syeikh Musthofa
Ismail, Syeikh Mahmud Kholil Al Hushori,
dan Syeikh Abdul Qadir Abdul Azim.
Animo dan atensi umat Islam Indonesia
terhadap lagu-lagu Mishri demikian
tinggi. Hal ini disebabkan karakter lagu
Mishri yang lebih dinamis dan merdu.
Keadaan ini cocok dengan kondisi alam
Indonesia. Sejumlah qari’ yang menjadi
elaboran lagu Mishri adalah : KH Bashori
Alwi, KH Mukhtar Lutfi, KH Aziz Muslim,
KH Mansur Ma’mun, KH Muhammad
Assiry, dan KH Ahmad Syahid.
Seni baca Al Quran baru menampakkan
geliatnya pada awal abad 20 M yang
berpusat di Makkah dan Madinah serta
di Indonesia sebagai negeri
berpenduduk mayoritas Muslim yang
sangat aktif mentransfer ilmu-ilmu
agama (termasuk nagham) sejak awal 19
M. Hingga hari ini Makkah dan Mesir
merupakan kiblat nagham dunia.
Masing-masing kiblat memiliki
karakteristik tersendiri. Dalam makkawi
dikenal lagu Banjakah, Hijaz, Mayya,
rakby, Jiharkah, Sikah, dan Dukkah.
Sementara pada Misri terdapat Bayyati,
Hijaz, Shoba, Rashd, Jiharkah, Sikah, dan
Nahawand.
Nagham Yang sangat sering ditampilkan
Qari /Qari’ah dimasa kini:
1. Nagham bayati yang terdiri dari
bayati qoror, bayati nawa, bayati jawab,
bayati jawabul jawab
2. Nagham shaba yang terdiri dari shoba
Asli, shoba jawab, shoba ajami salalim
su’ud, shoba ajami salalim nuzul. Shoba
bastanjar
3. nagham Hijaz yang terdiri dari hijaz
asli, hijas kard, hijaz kard-kurd, hijaz kurd
4.Nagham nahawand yang terdiri
nahawand asli , nahawand usysyaq
5. Naghan sikka yang terdiri diri sikka
asli,sikka ramal, sikka misri, sikka turki
6. nagham ras yang terdiri dari ras asli,
ras alan nawa, ras syabir
Nagham ini bisa dikembangkan dengan
bermacam variasi, yang dikembangkan
dengan banyak mendengarkan bacaan
syeh Mustopha Ismail,syeh mustopa
Ghalwas dan lainnya dan juga dengan
banyak mendengarkan lagu-lagu padang
pasir dari sumber aslinya, seperti lagu-
lagu ummi kulsum, Muhammad Abdul
Wahhad dan lannya. Kita dapat
mengembangkan sendiri dan bisa juga
dengan memasukkan irama lainya yang
munasabah(sesuai).

Jumat, 25 Januari 2013

Doa

Ya, Rabb…
di kelam malam berselimut dingin ini,
ku menghadap berteman hening,
ku hampar sajadah berukir harap,
ku rebahkan raga yang lemah,
ku tundukkan jiwa yang lelah,
kuketuk pintu-pintu Mu yang megah,
Ya, Rabb…
hari ini,
telah Kau tunjukkan kuasa-Mu,
telah Kau bukakan rahasia-rahasia-Mu,
telah Kau curahkan tetesan kasih-Mu,
Ya, Rabb…
di sujud rinduku ini,
ijinkan mulut tuk memungut,
butir-butir kata yang terlepas,
ijinkan bibir tuk merangkai,
bait-bait syair laksana zikir,
Ya, Rabb…
diatas sajadah basah ini ku menengadah,
kuingat dalam sesat,
kupasrah dalam lelah,
ku meminta dalam untaian kata:
jangan Kau jadikan air mata ini
air mata kesedihan,
air mata kekecewaan,
air mata kehilangan,
atas asa-asa yang tiada,
atas sapa tanpa makna,
atas harap yang tak lagi di dapat…
Ya, Rabb…
ku memohon kepada-Mu,
jadikan tetesan air mata ini,
sebagai bukti ridhaku atas keputusan-Mu,
jadikan tetesan air mata ini,
sebagai bukti cintaku atas kuasa-Mu
jadikan tetesan air mata ini,
sebagai bukti rinduku atas kasih-Mu
Ya, Rabb…
beri jiwa yang lemah ini
sebatang raga berdaya cita,
segenggam asa berbalut makna,
sekelebat sikap tanpa hilang harap,
dalam lautan hikmah-Mu
dalam hamparan ridha-Mu
dalam pelukan kasih-Mu…..

Selasa, 15 Januari 2013

asslaamualaikum

Alhamdulilla,segala puji Allah yg telah menjadikan alam dengan dua perbendaharaan,yakni daratan dan lautan.......